Sejarah Keilmuan Merpati Putih
![]() |
Alm Mas Pung |
Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro
Grat I : BPH. Adiwidjojo
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo (Sang Guru)
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (guru Besar-Pewaris)
Grat II : PH. Singosari
Grat III : RA. Djojoredjoso
Grat IV : RM. rekso Widjojo
Grat V : R. Bongso Djojo
Grat VI : Djo. Permono
Grat VII : RM. Wongso Widjojo
Grat VIII : Saring Hadi Poernomo (Sang Guru)
Grat IX : Poerwoto HP dan Budi Santosa HP (guru Besar-Pewaris)
Grat I, mempunyai saudara BP. Amangkurat Amral
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).
Grat III, membuat jalan Margoyoso, dalam legenda menjadi demang Margoyoso
Grat IV, mendirikan perguruan yang pelaksanaannya dikembangkan oleh 3 orang puteranya/keturunannya, yaitu :
Gagak Samodra, mendirikan perguruan di Gunung Jeruk (Peg. Menoreh)
Gagak Handoko, mendirikan perguruan di daerah Bagelen, yang akhirnya pindah ke daerah utara P. Jawa.
Gagak Seto, mendirikan perguruan di daerah sekitar Magelang (Jawa Bagian Tengah).
![]() |
Alm Mas Budi HP |
Sebelum beliau mengembara, Perguruan
Gagak Handoko yang didirikan di Gunung Jeruk telah berkembang dengan
cepat. Dan sepulang dari pengembaraannya, dimana beliau tidak berhasil
menemukan dua saudaranya, maka beliau melanjutkan pengembangan perguruan
yang telah lama ditinggalkan.
Beliau sadar akan usia ketuaannya tang
tidak sanggup lagi melanjutkan pengembangannya, maka beliau memberi
mandat penuh dan amanat kepada keturunannya yang pada silsilah termasuk
dalam Grat V, yaitu R. Bongso permono ing Ngulakan Wates,
untuk melanjutkan perkembangan perguruan. Dan setelah Gagak Handoko
menyerahkan tumpuk kepemimpinan perguruan beliau lalu pergi
menyepi/bertapa hingga sampai meninggalnya di G. jeruk.
Dalam kepemimpinan R. Bongso Permono,
perkembangan perguruan semakin suram/mundur, R. bongso Permono sadar
akan keadaan itu. Maka setelah menurunkan ilmunya kepada keturunannya,
beliau mengikuti jejak ayahnya mencari kesempurnaan. Keturunannya itu
bernama R.M. Wongso Widjojo.
Pada masa kepemimpinan R.M. Wongso
Widjojo, perguruan juga tidak dapat berkembang seperti yang diharapkan
ayahnya, oleh karena tidak mempunyai keturunan, maka beliau mengambil
murid yang kebetulan dalam keluarga masih ada hubungan cucu yang bernama
R. Saring Siswo Hadi Poernomo. Yang selanjutnya masuk
dalam garis keturunan ke VII (Grat VIII). Perlu diketahui pula, bahwa
ajaran perguruan tersebut sebenarnya kurang lengkap, maka beliau tidak
segera mengembangkan/menurunkan kepada keturunannya, akan tetapi
berusaha keras menelaah dan menjabarkan ilmu tersebut lalu menuangkan
dalam gerakan silat dan tenaga tersimpan yang ada di naluri suci. Tidak
berhenti di situ saja, beliau juga berusaha mencari kelengkapannya,
yaitu dari aliran Gagak Samodra dan Gagak seto. Akan tetapi beliau belum
berhasil menemukan langsung, hanyanaluri beliau, bahwa dua aliran yang
punya materi sama tersebut mengembangkan ilmu di daerah pantai utara P.
Jawa dan bagian tengah P. Jawa.
Hasil dari pengembangan ilmu tersebut lalu diturunkan kepada puteranya Mas Poerwoto HP dan adiknya Mas Budi Santosa HP.
Sekitar tahun 1960 Bapak Saring HP aktif
membina kedua puteranya yang menguasai ilmu beladiri Mataram yang
kemudian Merpati Putih, kedua putera sekaligus merupakan pewaris termuda
dikenal dengan panggilan Mas Poeng dan Mas Budi.
Pada tahun 1962 kedua putera beliau medapat amanat dari Sang Guru
agar ilmu beladiri yang sebelumnya merupakan milik keluarga itu
disebarluaskan kepada umum demi kepentingan bangsa. sejak inilah ilmu
beladiri Mataram yang kemudian di kenal sebagai Merpati Putih dikenal
masyarakat berkat usaha yang keras dan tekun dari kedua putera Sang Guru
Saring Hadi poernomo, yang tidak segan-segan turun
langsung menangani latihan atau dengan wejangan-wejangan yang pada
dasarnya untuk membangkitkan gairah dan perkembangan Merpati Putih.
Tahun 1968 kedua putera Sang Guru
sebagai pucuk pimpinan menjadi motor untuk mencoba mengembangkan sayap
menjadi lebih lagi dengan dibentuknya cabang pertama Madiun Jawa Timur.
Selanjutnya pihak militer juga mulai ditembus dan berhasil. dari hasil
peragaannya mendapat kehormatan melatih seksi I Korem 072 dan Batalyon 403/Diponegoro di Yogyakarta. Ketika itu suasana memasuki era Orde baru.
Pada Tahun 1969 atau tepatnya 2 april 1969 Sang Guru Sarengat Hadipoernomo
wafat, Keadaan ini sampai membuat para anak murid yang sedang semangat
dalam pengembangan perguruan berduka. Namun diambil hikmahnya oleh para
murid sebagai cambuk untuk menggugah perkebangan Merpati Putih menjelang
kedewasaannya.
Tahun 1973 melalui perkenalan-perkenalan
sebelumnya dengan pihak AKABRI Merpati Putih mendapat undangan untuk
diadakan penelitian dari segi-segi yang menyangkut metode latihan yang
diselenggarakannya. Penelitian di AKABRI udara ditangani langsung oleh tenaga-tenaga ahli, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad
Guru Besar Fakultas Kedokteran UGM dibantu beberapa ahli lainnya dari
AKABRI udara sendiri. Hasilnya menggembirakan dan ini mendorong
pengembangan yang lebih luas wawasan Merpati Putih.
Di ibu kota Jakarta pada tahun 1976 setelah dilakukan pendekatan berhasil mendapat kehormatan melatih para anggota Pasukan Pengawal Presiden (PasWalPres). Tahun 1977 komisariat cabang Jakarta dibentuk. Dan pada tahun inipun Merpati Putih mendapat peluang melatih para anggota Koppasandha
di Cijantung sampai para anggota Kopassandha sanggup memperagakan
keahliannya pada kemeriahan acara peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1978.
selanjutnya dari tahun ke tahun Beladiri Tangan Kosong Merpati Putih
berkembang di tanah air malahan mendapatkan tempat di berbagai kalangan
sebagai salah satu kebudayaan bangsa yang patut dibanggakan.
Sampai saat ini PPS Betako Merpati Putih
telah mempunyai Cabang/Calon Cabang di berbagai Propinsi dan tersebar
di berbagai kota di Indonesia.
0 Response to "Sejarah Keilmuan Merpati Putih"